Asmujiono pada saat berada di Puncak Everest, 26 April 1997. Foto : Antara.
Di tengah hiruk pikuk peringatan ulang tahun Indonesia yang ke-78, suara “Merdeka!” bergema dengan semangat dari seorang pria bernama Asmujiono. Lahir di Kota Malang, Jawa Timur, Asmujiono adalah sosok yang tidak hanya bangga akan tanah airnya tetapi juga telah memberikan penghormatan yang luar biasa untuk Indonesia di panggung internasional.
Mengenakan baret merah yang menjadi simbol kebanggaan Kopassus, Asmujiono, meski telah pensiun dari dinas militer sejak 2011, masih menunjukkan dedikasinya terhadap negara. Pada tahun 1997, dia adalah bagian dari Tim Everest yang memiliki misi mulia: mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Everest.
Pertualangan itu bukanlah hal yang mudah. Dipilih dari sejumlah personel Kopassus yang berkompetisi untuk menjadi bagian dari tim yang akan menaklukkan gunung tertinggi di dunia, Asmujiono harus melewati berbagai seleksi dan persiapan yang intensif. Tim yang terdiri dari 43 orang itu dipimpin oleh Prabowo Subianto, saat itu menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus.
Sebelum mencapai puncak, perjalanan penuh tantangan harus dilalui. Dengan kondisi cuaca yang ekstrem dan rintangan alam lainnya, Asmujiono bersama dengan dua rekannya, Sersan Satu Misirin dan Letnan Satu Iwan Setiawan, menghadapi berbagai kesulitan. Namun, semangat dan tekad untuk mengibarkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia tidak pernah padam.
Dalam perjalanan mendaki yang penuh dengan risiko, Asmujiono bahkan sempat mengalami gejala radang dingin atau frostbite. Namun, dengan tekad yang kuat, Asmujiono berhasil mencapai puncak Everest pada 26 April 1997.
Di ketinggian 8.848 mdpl, dengan angin yang kencang dan suhu yang sangat dingin, Asmujiono mengibarkan bendera Merah Putih. Ia juga berkeinginan untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, tetapi karena kondisi yang sulit, ia memilih untuk menyanyikan “Padamu Negeri” di hatinya.
Bercerita tentang pengalamannya, Asmujiono mengungkapkan perasaannya yang campur aduk. “Perasaan saat mengibarkan Merah Putih, itu antara hidup dan mati, haru dan sedih. Namun saya merasa bangga. Terharu dan bangga, sebagai anak yatim piatu, saya bisa mengibarkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia, dan mewujudkan keinginan Indonesia,” ujar Asmujiono seperti dikutip Everest.id dari Antara (17/8/2023).
Dalam momen peringatan ulang tahun Indonesia yang ke-78, Asmujiono memberikan pesan berharga kepada generasi muda. Ia mengajak generasi muda Indonesia untuk terus berkarya dan memiliki tekad serta kemampuan yang kuat untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, memberikan kebanggaan bagi diri sendiri, bangsa, dan negara.
Kisah Asmujiono mengajarkan kita semua tentang pentingnya tekad, semangat, dan dedikasi dalam mewujudkan impian, serta kebanggaan dan cinta terhadap tanah air. Sebuah inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan berkarya demi Indonesia yang lebih baik.