JAKARTA, EVEREST.ID – Sejarah mencatat, tumpahan minyak yang terjadi di Santa Barbara, California pada tahun 1969 menjadi salah satu insiden lingkungan paling parah di era tersebut. Kejadian ini merenggut kehidupan lebih dari 10.000 burung laut dan berbagai mamalia laut, memicu kesadaran global terhadap pentingnya menjaga lingkungan.
Dari peristiwa kelam tersebut, muncul gerakan positif yang kini kita kenal sebagai Hari Bumi. Diprakarsai oleh John McConnell di konferensi UNESCO, Hari Bumi pertama kali diperingati pada 21 Maret 1970. Tak lama setelah itu, pada 22 April 1970, Senator AS Gaylord Nelson bersama Denis Hayes dan 20 juta orang lainnya mengadakan aksi lingkungan terbesar yang dikenal dengan Earth Day.
Memasuki tahun 1990, Hari Bumi mulai dirayakan secara global dengan keikutsertaan 192 negara. Di Indonesia sendiri, peringatan Hari Bumi dimulai pada tahun 2009, menandai komitmen nasional untuk pelestarian alam.
Untuk Hari Bumi 2024 seperti dikutip dari Antara, dunia menetapkan tema “Planet vs Plastic” atau “Planet vs Plastik”. Kampanye ini bertujuan ambisius untuk mengurangi penggunaan plastik sebanyak 60 persen pada tahun 2040. Ini adalah langkah konkret dalam menanggulangi polusi plastik yang tidak hanya merusak keanekaragaman hayati tetapi juga membahayakan kesehatan manusia dan hewan.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang turut serta, mendorong eliminasi penggunaan plastik sekali pakai pada 2030. Pemerintah juga mendukung Perjanjian PBB tentang Polusi Plastik yang akan dirundingkan pada tahun 2024. Diharapkan, dengan kebijakan yang konsisten dan partisipasi aktif masyarakat, langkah besar ini bisa membawa perubahan signifikan.
Selain itu, kebijakan lain yang diusulkan termasuk mengakhiri tren fast fashion, yang merupakan salah satu penyumbang besar penggunaan plastik. Investasi pada teknologi inovatif juga dianggap vital untuk menciptakan solusi berkelanjutan terhadap masalah sampah plastik.
Hari Bumi bukan hanya peringatan, tapi juga panggilan aksi untuk semua pihak agar lebih peduli dan aktif dalam pelestarian lingkungan. Melalui tema tahun ini, kita diingatkan kembali bahwa setiap tindakan kita terhadap lingkungan tidak hanya mempengaruhi bumi, tetapi juga kualitas hidup generasi mendatang.